Sabtu, 16 Maret 2013

SASTRA BANDINGAN



AFINITAS TEMBANG MACAPAT ASMARADANA DENGAN PUISI ASMARADANA KARYA GOENAWAN MOHAMAD : PERSPEKTIF SASTRA BANDINGAN

Oleh
Hoppy Nurjayati         A 310 100 038
Endah Kurniawati       A 310 100 045

Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

ABSTRAK
Dalam kajian ini penulis akan menganalisis keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan. Manfaat dari pnelitian ini ada dua, yaitu 1) mengetahui keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan, 2) penelitian ini menambah acuan tentang penelitian sastra bandingan, sebab sepengetahuan peneliti bahwa penelitian tentang sastra bandingan di Indonesia masih sedikit. Afinitas dalam sastra bandingan adalah studi terhadap hubungan kekerabatan teks sastra. Setiap teks memiliki pertautan erat dengan teks sebelumnya (Endraswara, 2011).

Kata kunci : afinitas, tembang macapat, asmaradana, puisi

PENDAHULUAN
Sastra bandingan dalam penelitian umum serta dalam kaitannya dalam sejarah ataupun bidang ilmu lain, merupakan bagian dari sastra. Didalamnya terdapat upaya bagaimana menghubungkan sastra yang satu dengan yang lain, bagaimana pengaruh antar keduanya, serta apa yang diambil dan apa yang diberikannya. Pada umumnya, jika kita melihat praktek sastra bandingan, baik di negara Barat maupun di negara Timur, menurut Endraswara (2011) studi sastra bandingan itu melandaskan diri pada afinitas, tradisi, pengaruh. Afinitas dalam sastra bandingan adalah studi terhadap hubungan kekerabatan teks sastra. Setiap teks memiliki pertautan erat dengan teks sebelumnya (Endraswara, 2011).
Tembang macapat adalah tembang atau suatu rangkaian bahasa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang cara membacanya harus dilagukan dengan seni suara (Muarifin, 2009). Tembang asmaradana adalah salah satu bentuk sekar macapat. Asmaradhana berarti suka, kasengsem (jatuh cinta). Tembang ini biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan cinta ataupun rasa sedih.
Goenawan Mohamad adalah seorang penulis sekaligus intelektual yang berwawasan luas. Karya-karya yang dihasilkannya pun berbicara tentang berbagai aspek, baik politik, sosial, maupun budaya. Puisinya yang akan penulis bahas pada kesempatan kali ini, yaitu “Asmaradana”, menunjukkan sedikit dari kekayaan wawasannya dalam aspek kebudayaan.
Dalam kajian ini penulis akan menganalisis keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan. Manfaat dari penelitian ini yaitu 1) mengetahui keterkaitan antara tembang macapat Asmaradana dengan puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad : perspektif sastra bandingan, 2) Penelitian ini menambah acuan tentang penelitian sastra bandingan, sebab sepengetahuan peneliti bahwa penelitian tentang sastra bandingan di Indonesia masih sedikit.

TEORI
A.      Konsep Afinitas dalam Sastra Bandingan
Remak (dalam Endraswara, 2011 : 9) menyatakan bahwa, sastra bandingan merupakan penelitian sastra di luar batas sebuah negara serta penelitian tentang hubungan di sastra dengan bidang ilmu dan kepercayaan yang lain, seperti seni (lukis, ukir, dan musik), filsafat, sejarah, sosial (politik, ekonomi, dan sosiologi), sains, dan agama.
Pada umumnya, jika kita melihat praktek sastra bandingan, baik di negara Barat maupun negara Timur, menurut Endraswara (2011) studi sastra bandingan itu melandaskan diri pada afinitas, tradisi, pengaruh. Afinitas diberi makna ‘hubungan kekerabatan yang terwujud karena adanya perkawinan’ dalam ilmu bahasa diartikan ‘unsur-unsur sama pada dua atau beberapa bahasa karena bahasa itu diturunkan dari suatu bahasa leluhur yang sama’ dan dalam ilmu biologi mengandung makna hubungan antara jenis-jenis atau kelompok-kelompok lebih tinggi yang didasarkan kemiripan dalam seluruh rencana strukturnya dan mengacu kesamaan unsurnya.
Kata afinitas, berasal dari bahasa Latin ad yang artinya dekat dan finis yang berarti batas. Jika dalam ilmu antropologi, afinitas sering dimaknai sebagai hubungan kekerabatan, maka dalam sastra bandingan pun tidak jauh berbeda. Jadi, afinitas dalam sastra bandingan adalah studi terhadap hubungan kekerabatan teks sastra. Setiap teks memiliki pertautan erat dengan teks sebelumnya (Endraswara, 2008).

B.       Seputar Goenawan Mohamad
Gonawan Soesatyo Mohamad lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Karangasem, Batang, Jawa Tengah dan sekarang beliau sudah berumur 71 tahun. Ia adalah seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Ia salah seorang pendiri Majalah Tempo. Ia merupakan adik dari Kartono Mohamad, yang tidak lain adalah seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI. Goenawan Mohamad adalah penyair, esais dan libretis. Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang punya wawasan yang begitu luas, mulai dari pemain sepak bola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman, dan music. Pandangannya sangat liberal dan terbuka. Seperti kata Romo Magniz-Suseno, salah seorang koleganya, lawan utama Goenawan Mohamad adaalah pemikiran monodimensional.
Ia menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Sejak di kelas 6 SD, ia mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI. Pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah Goenawan dihabiskan di kota-kota kecil di Jawa Tengah, seperti Parakan, Wonosobo, dan Pekalongan hingga akhir tahun 1959.
Pada tahun 1971, Goenawan Mohamad bersama rekan-rekannya mendirikan majalah mingguan Tempo, sebuah majalah yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Di sana ia banyak menulis kolom tentang agenda-agenda politik di Indonesia. Jiwa kritisnya membawanya untuk mengkritik rezim Soeharto yang pada waktu itu menekan pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah, sehingga dihentikan penerbitannya. Gonawan Mohamad kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Ia juga turut mendirikan Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) yang bekerja mendokumentasikan kekerasan terhadap dunia pers Indonesia.
Setelah jadi pemimpin redaksi Majalah Tempo dua periode (1971-1993 dan 1998-1999), Goenawan berhenti sebagai wartawan. Bersama musisi Tony Prabowo dan Jarrad Powel, ia membuat libretto untuk opera Kali (dimulai tahun 1996, tapi dalam revisi sampai dengan tahun 2003) dan dengan Tony, The King’s Witch (1997-2000). Yang pertama kali dipentaskan di Seattle (2000), yang kedua di New York pada tahun 2006, pastoral, sebuah konser Tony Prabowo dengan puisi Goenawan Mohamad, dimainkan di Tokyo tahun 2006. Pada tahun ini juga ia mengerjakan teks untuk drama tari Kali-Yuga bersama koreografer Wayan Dibya dan penari Ketut beserta gamelan Sekar Jaya di Berkeley, California. Dia juga ikut dalam seni pertunjukan di dalam negeri. Dalam bahasa Indonesia dan Jawa, Goenawan menulis teks untuk wayang kulit yang dimainkan dalang Sudjiwo Tedjo, Wisanggeni (1995) dan dalang Slamet Gundono, Alap-alapan Surtikanti (2002) dan drama tari Panji Sepuh koreografi Sulistio Tirtosudarmo.
Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, diantaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian esainya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir, sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Konsep dari Catatan Pinggir adalah sekedar sebagai sebuah komentar ataupun kritik terhadap batang tubuh yang utama. Artinya, Catatan Pinggir mengambil posisi di tepi, bukan posisi sentral. Sejak kemunculannya pada akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot.
Sajak-sajaknya dibukukan dalam Parikesit (1971), Interlude (1973), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998), dan Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 (2001). Terjemahan sajak-sajak pilihannya ke dalam bahasa Inggris, oleh Laksmi Pamuntjak, terbit dengan judul Goenawan Mohamad : Selected Poems (2004).
Goenawan Mohamad juga punya andil dalam pendirian Jaringan Islam Liberal. Tahun 2006, Goenawan dapat anugerah sastra Dan David Prize, bersama antara lain eseis & pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma. Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak dapat Wertheim Award.
Karya terbaru Goenawan Mohamad adalah buku berjudul Tuhan dan Hal Hal yang Tak Selesai (2007), berisi 99 esai liris pendek. Yang edisi bahasa Inggrisnya berjudul On God and Other Unfinished Things diterjemahkan oleh Laksmi Pamuntjak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Afinitas Tembang Macapat Asmaradana dengan Puisi Asmaradana Karya Goenawan Mohamad : Perspektif Sastra Bandingan

Tembang macapat Asmaradana
ASMARADANA
Anjasmara ari mami
(Anjasmara Andidaku)
mas mirah kulaka warta
(permata hati carilah berita)
dasihmu lan wurung layon
(kekasihmu tak urung jadi mayat)
aneng kutha Prabalingga
(berada di kota Prabalingga)
prang tandhing Wurungbhisma
(bertempur melawan Wurubhisma)
karia mukti wong ayu
(tinggallah berbahagia wahai kekasihku)
pun kakang pamit palastra
(Kakanda memohon diri untuk mati)
(sabdalangit.wordpress.com/pag/asmaradana).

Puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad

ASMARADANA karya Goenawan Mohamad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang
jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.
Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

Ketika penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia pada 1992 menerbitkan antologi yang meragkum dua antologi sajak Goenawan sebelumnya (“Parakesit” dan “Interlude”), “Asmaradana” dipilih sebagai judul antologi. Sajak “Asmaradana” sendiri sebelumnya sudah muncul dalam antologi berjudul “Interlude”.
Berikut penuturan singkat Gonawan tentang sajak ini, seperti yang bias disaksikan dalam film documenter berjudul “Potret Penyair sebagai “Si Malin Kundang” yang diproduksi oleh Yayasan Lontar.
“…’Asmaradana’ ini berdasar sebuah opera Jawa, (yang mengisahkan) tentang Damarwulan, yang salah satu bagiannya, dalam bentuk tembang asmaradana. (Kisah ini) sangat bagus bagi saya. Damarwulan mengucapkan selamat tinggal pada Anjasmara, kekasihnya, karena dia mau berangkat perang dan dia tahu akan kalah. Saya bertolak dari sana. Dan kemudian sajak ini berkembang sendiri, tentu saja. Tentang perpisahan, tentang kefanaan, dan tentang –barangkali– persiapan kita menghadapi semuanya.”
(goenawanmohamad.com/2009/02/27/asmaradana/)

Bentuk Afinitas dalam Tembang Macapat Asmaradana dengan Puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad.
Asmaradana adalah sebuah tembang macapat dari Jawa, biasanya ditujukan untuk pemuda-pemuda yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Asmaradana dalam tembang macapat Jawa mengisahkan tentang cinta Damarwulan dan Anjasmara.
Apabila diperhatikan dengan cermat puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dengan tembang macapat Asmaradana jelas sekali memiliki banyak kesamaan. Goenawan Mohamad sendiri berkata “…’Asmaradana’ ini berdasar sebuah opera Jawa, (yang mengisahkan) tentang Damarwulan, yang salah satu bagiannya, dalam bentuk tembang asmaradana. (Kisah ini) sangat bagus bagi saya. Damarwulan mengucapkan selamat tinggal pada Anjasmara, kekasihnya, karena dia mau berangkat perang dan dia tahu akan kalah. Saya bertolak dari sana. Dan kemudian sajak ini berkembang sendiri, tentu saja. Tentang perpisahan, tentang kefanaan, dan tentang –barangkali– persiapan kita menghadapi semuanya.”
Antara puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan tembang macapat Asmaradana memiliki persamaan. Hal itu dapat dilihat adanya gagasan Goenawan Mohamad dalam puisi tersebut yang dapat dirunut (ditelusuri) kembali dalam kisah Damarwulan. Persamaan dari puisi Asmaradana dan tembang macapat Asmaradana, yaitu: 1) terletak pada tokoh dan peristiwa yang diceritakan, 2) tokoh Anjasmara dengan peristiwa yang dialaminya merupakan transformasi dari cerita Damarwulan, 3) puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan tembang macapat Asmaradana sama-sama menceritakan tokoh Damarwulan dan Anjasmara yang diambil dari cerita rakyat Damarwulan, 4) isi dari puisi Asmaradana dan tembang macapat Asmaradana merupakan bagian dari kisah Damarwulan.
Puisi “Asmaradana” merupakan salah satu karya penyair Goenawan Mohamad. Isi yang terkandung dalam “Asmaradana” versi puisi kurang lebih sama dengan versi tembangnya. Puisi ini bercerita tentang perpisahan sepasang kekasih, Darma Wulan dan Anjasmara. Mereka digambarkan sebagai pasangan yang tegar menghadapi akhir kisah cinta mereka yang tidak bahagia. Darma Wulan lah yang menjadi “Ia” sekaligus “Aku lirik”dalam puisi ini.
SIMPULAN

Antara puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan tembang macapat Asmaradana memiliki persamaan. Hal itu dapat dilihat adanya gagasan Goenawan Mohamad dalam puisi tersebut yang dapat dirunut (ditelusuri) kembali dalam kisah Damarwulan. Persamaan dari puisi Asmaradana dan tembang macapat Asmaradana, yaitu: 1) terletak pada tokoh dan peristiwa yang diceritakan, 2) tokoh Anjasmara dengan peristiwa yang dialaminya merupakan transformasi dari cerita Damarwulan, 3) puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan tembang macapat Asmaradana sama-sama menceritakan tokoh Damarwulan dan Anjasmara yang diambil dari cerita rakyat Damarwulan, 4) isi dari puisi Asmaradana dan tembang macapat Asmaradana merupakan bagian dari kisah Damarwulan.
 
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta : Bukopop.
Muarifin. 2011. ”Materi Bahasa Jawa” (online), (http://pgsdtik.blogspot.com/2010/01/tembang-macapat.html, diakses 27 Mei 2011).
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
Cigombong80. 2012. “goenawan-mohamad-dan-sejarah11” (online), (http://cigombong80.blogspot.com/2012/12/goenawan-mohamad-dan-sejarah_11.html, diakses tanggal 28 desember 2012).
Sejarahkompasiana. 2012. “cerita-damar-wulan-442760” (online), (sejarah.kompasiana.com/2012/03/16/cerita-damar-wulan-442760.html, diakses tanggal 28 Desember 2012).
Sabdalangit. 2012. “asmaradana” (online), (sabdalangit.wordpress.com/pag/asmaradana, diakses tanggal 28 Desember 2012).
Gonawanmohamad. 2009. “asmaradana” (online), (goenawanmohamad.com/2009/02/27/asmaradana/, diakses tanggal 27 Desember 2012).

1 komentar:

  1. Makasih mbak referensinya.. salam literasi d.pebrian Mahasiswa Univ. Muhammadiyah Tangerang

    BalasHapus