Sabtu, 16 Maret 2013

PENGKAJIAN FIKSI



1.      Judul       :
DIMENSI SOSIAL KEAGAMAAN DALAM FIKSI INDONESIA MODERN
Fenomena Perkawinan Lintas Agama dalam Novel Keluarga Permana
Karya Ramadhan K.H. : Kajian Semiotik

2.      Identitas Buku :
a.       Judul buku                                    :
DIMENSI SOSIAL KEAGAMAAN DALAM FIKSI INDONESIA MODERN
Fenomena Perkawinan Lintas Agama dalam Novel Keluarga Permana
Karya Ramadhan K.H. : Kajian Semiotik

b.      Nama pengarang               : Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum.
c.       Tempat penerbitan buku   : Solo, Smart Media
d.      Tahun penerbitan              : 2010
e.       Jumlah halaman                 : 237 halaman
f.       Harga buku                       : Rp 40. 000, 00
3.      Garis besar isi buku :
Bab I membahas mengenai perkembangan baru dunia sastra Indonesia, dekade 1970 merupakan masa perkembangan baru dalam kesusastraan Indonesia yang membawa perubahan penting ditengah kehidupan masyarakat. Diantara genre sastra yakni puisi, fiksi dan drama, karya fiksi novellah yang paling dominan. Selanjutnya sastra sebagai media pengembangan budaya nasional. Karya sastra merupakan salah satu alternatif dalam rangka pembangunan kepribadian dan budaya masyarakat yang berkaitan erat dengan latar belakang struktural sebuah masyarakat (Kuntowijoyo, 1987:15). Novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H merupakan salah satu novel yang fenomenal sekaligus kontroversial. Fenomenal karena, KP mengupas masalah-masalah yang khas Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga kini yakni hubungan antar umat beragama. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana wujud bangunan struktur novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. ? (2) Bgaimana makna dimensi sosial keagamaan dalam novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H ? Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendiskripsikan wujud bangunan struktur novel Keluarga Permana? (2) Mengungkapkan hubungan antarumat beragama sebagai gejala sosial dan konflik sosial keagamaan yang ditimbulkannya dalam Keluarga Permana. (3) Memaparkan Keluarga Permana dalam memperbincangkan aspek kehidupan yang rawan dan peka itu. Pada bagian ini dikemukakan beberapa pustaka yang mengkaji novel KP. Dalam telaah sastra modern, hakikat karya sastra yang paling mendasar adalah tindakan komunikasi memegang peran penting. Oleh karena itu, faktor-faktor yang memainkan peran penting dalam komunikasi harus diberikan tempat selayaknya, yakni sastrawan sebagian itu sendiri (Teeuw, 1982:18). Novel Indonesia berkembang pesat sejak dekade 1970-an karena didukung oleh beberapa faktor. Novel adalah cerita atau rekaan (fiction), disebut juga teks naratif (narrative teks) atau wcana naratif (narratuve discourse). Stanton (1965:11-36) membagi unsur yang membangun novel menjadi tiga, yaitu fakta (fact), tema (theme) dan sarana sastra (literary device). Selanjutnya dalam bab 1 juga membahas mengenai teori strukturslisme, teori semiotik dan teori interteks. Kode bahasa, sastra dan budaya. Sastra dan bahasa keduanya merupakan sistem tanda,tetapi terdapat perbedaan. Selain kode bahasa diperlukan pula kode sastra dan kode budaya. Sebagai karya sastra, novel memiliki konvensi sastra, bukan sebgai sistem yang baku dan ketat, melainkan sistem yang luwes dan penuh dinamika. Kajian dimensi sosial keagamaan novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif.
Bab II membahas mengenai pengarang, latar sosial budaya dan karyanya. Nama lengkap pengarang adalah Ramadhan Karta Hadimaja, lahir pada tanggal 16 Maret 1927 di Bandung dan besar di Cianjur (Sumardjo, 1991:46), pendidikan terakhirnya adalah Akademi Dinas Luar Negeri. Sejak tahun 1952, ia menggeluti dunia sastra. Mula-mula cerita pendek yang ditulisnya kemudian sajak dan akhirnya dikenal sebagai novelis. Latar sosial budaya Ramadhan K.H, komunikasi merupakan sarana dalam proses interaksi sosial. Dalam konteks ini fungsi komunikasi menjadi penting dalam interaksi sosial antara Ramadhan dengan masyarakat.
Bab III membahas tentang struktur bangunan novel Keluarga Permana. Berdasarkan data yang diperoleh, dimensi sosial keagamaan dalam KP berkaitan dengan struktur karya. Oleh karena itu, berikut akan dianalisis struktur KP dalam hal ini struktur naratif, penokohan dan latar. Di dalam struktur naratif terdapat dua hal yakni cerita (story atau content) dan wacana (discourse atau exspression), serta meliputi urutan tekstual, urutan kronologis. Penokohan, kehadiran tokoh dalam suatu cerita dapat dilihat dari berbagai cara, yang secara garis besar dapat dibagi dalam tiga cara antara lain: (1) cara analitis, (2) cara dramatic, (3) kombinasi keduanya. Latar tidak dapat terlepas dari tokoh. Tindakan tokoh selalu berkaitan dengan latar tertentu yang bagi Chatman (1978:141:145). Terdapat beberapa unsur dalam latar yakni unsur ruang, unsur waktu dan unsur sosial.
Bab IV membahas mengenai Dimensi Sosial Keagamaan dalam Novel Keluarga Permana. Data penelitian menunjukkan bahwa permasalahan KP adalah dimensi sosial keagamaan yang menyangkut perikehidupan antar umat beragama yakni perpindahan agama dan konflik-konflik sosial keagamaan. Dimensi sosial keagamaan dalam KP :
a.       Perpindahan agama  sebagai sumber konflik sosial.
b.      Pengembangan agama pada umat beragama.
c.       Krisis ketaqwaan sebagai sumber masalah sosial.
d.      Zina dan aborsi fenomena pelanggaran etika sosial dan agama.
e.       Peran agama dalam rumah tangga dan perilaku anak.
f.       Iman sebagai pengendali diri.
g.      Agama sebagai pedoman meraih kebahagiaan.
Realitas sosial budaya Indonesia 1970-an dan Keluarga Permana. Kehidupan beragama yang ideal dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang prularis, yakni dalam makna statis adanya kerukunan antar umat beragama dan secara dinamis dengan adanya amal bersama sebagai pernyataan fungsionalis.
Bab V simpulan. Dari analisis struktur bangunan novel Keluarga Permana dengan pendekatan strukturslisme, dapat disimpulkan bahwa novel Keluarga Permana memiliki unsur-unsur yang secara fungsional saling mendukung satu dengan lainnya. Dari analisis makna dengan pendekatan Semiotik dan Interteks dapat disimpulkan bahwa novel Keluarga Permana mengungkapkan dimensi sosial keagamaan sebagai gagasan utama dalam alur cerita yang kompleks namun tetpa lancar. Dalam kajian interteks dapat disimpulkan bahwa makna novel Keluarga Permana sebagai karya transformasi hanya dapat dipahami secara utuh bila dikaitkan dengan hipogramnya yakni, karya Ramadhan sebelumnya yakni novel Kemelut Hidup, lalu Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, teks Al-Qur’an dan al-hadist, serta latar sosial budaya Indonesia pada dekade 1970-an.
4.      Kajian struktur novel Keluarga Permana :
a.      Penokohan
1)      Farida (ida)
Disebut tokoh utama karena fungsi sentralnya dalam keseluruhan struktur KP. Ida menjadi pusat sorotan dan penggerak seluruh cerita, itu sebabnya KP dimulai dengan kematian Ida, sehingga seluruh cerita berjalan dengan sorot balik (flash back). Nama farida memberikan gambaran kepada pembaca bahwa Ida adalah remaja Indonesia kebanyakan masa kini, gadis terpelajar da hidup dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Secara fisiologis, Ida dilukiskan sebagai mojang periangan yang mempunyai kondisi fisik yang menarik dan mempesona. Ida tidak saja cantik, mukanya bulat telur, kulitnya kuning langsat dan badannya ramping, melainkan juga beralis tebal, matanya lincah dan berambut panjang hitam mengkilat.
Deskripsi psikologis, tokoh Ida ditampilkan sebagai gadis yang semula lugu, halus budi bahasanya, setia dan rajin. Gadis yang taat dan patuh kepada orang tua, berpembawaan lincah dan cekatan dalam bekerja. Namun sejak Permana sering bertindak kejam kepada ibunya (Saleha) dan dirinya, Ida berubah menjadi gadis pendiam dan pemurung. Ida sering ketakutan, jiwanya dilanda kekhawatiran akan kekejaman ayahnya. Dia merasakan rumahnya penuh ketegangan dan kacau balau bagai penjara.
Gambaran sosiologis tokoh Ida demikian memungkinkan berbagai peristiwa dalam KP berjalan maju dengan menimbulkan berbagai konflik dalam struktur cerita berikutnya. Kondisi sedemikian rupa telah menggiring Ida pada keadaan yang memaksanya bertindak nekad kawin dengan Sumarto. Inilah puncak dari kekalahan pihak Ida yang mewakili gadis-gadis Islam yang lemah iman, yang kemudian berakibat timbulnya berbagai konflik, baik konflik batin pada diri dan keluarganya maupun konflik sosial masyarakat lingkungannya.

2)      Sumarto
Tokoh kedua KP adalah Sumarto. Deskripsi psikologisnya cukup banyak dilukiskan. Dari namanya, Sumarto telah membayangkan asalnya dari Jawa, tepatnya Yogyakarta. Adapun yang mencolok dari tokoh ini adalah keramahan dan sopan santunnya yang menarik, membuat Permana cepat simpati kepadanya dan tanpa banyak perimbangan menerimanya menumpang di rumahnya.
Dari segi sosiologis, Sumarto adalah mahasiswa sebuah perguruan tinggi yang kuliah sambil bekerja. Dia berasal dari kalangan menengah, anak seorang administratur perkebunan berasal dari Yogyakarta. Karena itu penampilannya halus, simpatik, sopan santun dan keramahannya menonjol. Dibalik semua itu, ternyata Sumarto juga mengidap penyakit remaja kebanyakan yakni buta moral. Lebih parah lagi sebagai mahasiswa rupanya masih “bodoh” dalam berhubungan intim. Tampak disini Sumarto ditampilkan sebagai figur mahasiswa Indonesia dewasa ini. Meskipun terpelajar bahkan uamat Katolik (dikenal ketat dan taat beragama) toh berani melanggar nilai-nilai moral agama dan tradisi masyarakat Indonesia yang dikenal religius.
Tokoh Sumarto dilukiskan sebagai pemuda dewasa yang berusia sekitar dua puluh lima tahun. Perawakan dan tingginya sedang, namun terlihat kukuh dan rambutnya hitam mengkilat.
Dari segi fisik Sumarto bukanlah pemuda istimewa, bahkan biasa saja. Sekaligus hal itu untuk menekankan, bahwa sebenarnya kondisi fisik pemuda ini bukanlah unsur utama dalam konstelasi hubungan cintanya dengan Ida, melainkan kedewasaan, kepribadian dan pengalamannya. Hubungan cintanya dengan Ida kemudian menimbulkan berbagai peristiwa berikutnya dalam KP.

3)      Permana
Deskripsi psikologis, Permana kecewa berat ketika dia diberhentikan dari pekerjaannya karena tuduhan korupsi. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah bahwa atasannyalah yang benar-benar melakukan korupsi. Ia kecewa berat karena merasa diperlakukan tidak adil, dijadikan korban sebagai tertuduh pelaku korupsi. Inginnya ia protes tetapi ia tidak berdaya melawan orang besar, terhadang birokrasi. Ia frustasi terhadap lingkungannya.
Latar belakang psikologis, setelah menganggur Permana berubah perangainya menjadi ayah yang kejam terhadap istri dan anaknya, Saleha dan Ida. Menganggur membuatnya merasa rendah diri dan kehilangan harga diri sebagai lelaki. Hatinya terpukul dan frustasi terhadap keadaan. Kekejamannya terhadap istri dan anaknya itu merupakan kompensasi atas ketidakberdayannya melawan keadaan itu. Sebab, sebelum menganggur Permana dilukiskan sebagai lelaki yang baik, tidak kejam, suka bergembira dan pandai menghibur istri dan anaknya.
Dari segi sosial, tokoh ini semula adalah seorang pegawai pabrik tekstil milik negara yang mempunyai penghasilan cukup. Dia kemudian diberhentikan dari pekerjaannya karena tuduhan korupsi. Dia ingin protes tetapi tidak berdaya melawan orang besar, atasannya. Deskripsi sosial ini berperan untuk menampilkan Permana sebagai figur orang kecil yang sering menjadi pihak yang kalah. Orang kecil yang sering menjadi korban dari orang besar dan tidak berdaya melawan kekuasaan (power).
Dalam KP tokoh ini secara fisik tidak digambarkan secara kongkret. Dari dialog antar tokoh dan mengingat Ida adalah anak keduanya setelah Ita, maka dapat diestimasikan bahwa Permana adalah tokoh setengah baya. Usia sekian menunjang pengembangan perwatakan tokoh Permana. Pada saat ia hampir mencapai puncak karier, ia menjadi “korban” kekuasaan atasannya. Karena itu, deskripsi fisik Permana dalam KP ini meskipun sedikit berperan untuki mendukung persoalan pokok KP.

4)      Saleha
Deskripsi fisik Saleha tidak pernah dinyatakan sama sekali. Melihat dia adalah seorang istri Permana, maka dapat disuga bahwa Saleha hampir sebaya dengan Permana yakni mendekati setengah baya.
Analisis psikologisnya, tokoh ini pada dasarnya wanita yang baik, istri yang setia, taat dan patuh kepada suami, sabar dan tabah mengahadapi cobaan.
Deskripsi lingkungan sosial Eha juga dilukiskan. Sebagai istri, Eha yang bekerja menggantikan Permana dalam mencari nafkah berfungsi penting dalam menyulut konflik. Dari segi sosial Eha ditampilkan sebagai sosok ibu yang mewakili pihak wanita yang bekerja menambah penghasilan keluarga tetapi justru dicurigai suami.

5)      Mang Ibrahim
Deskripsi lingkungan sosialnya, dia dilukiskan sebagai tokoh tua yang taat beragama, berpandangan Islam radikal, bergaris keras, dan tegas dalam prinsip agama. Ibrahim mewakili tokoh agama dalam masyarakat yang beraliran ekstrem dalam masalah-masalah prinsipal agama yang tidak dapat ditoleransi.
Tokoh ini secara fisik tidak ditampilkan dengan jelas. Hal ini diduga karena fungsi sosialnya yang dipentingkan daripada fisiknya. Dari dialog antar tokoh dan dipanggilnya dengan Mang (paman) oleh Permana dan Saleha dapat diketahui, bahwa dia adalah tokoh agama dalam masyarakat yang sudah tua usianya. Usianya yang sudah tua untuk menunjukkan kekayaan pengalaman hidup dan pengetahuan keagamannya yang sudah “tua”.

6)      Saifuddin
Kehadiran tokoh ini, sebagai tokoh pendamping Mang Ibrahim. Secara fisik tokoh ini juga sama sekali tak disebutkan dalam teks. Mengingat dia adalah keponakan Saleha maka dapat dipahami,bahwa Saifuddin adalah tokoh yang lebih muda daripada Permana atau Saleha. Berbeda dengan Ibrahim yang ditampilkan sebagai tokoh pemuka Islam yang radikal, Saifuddin dihadirkan sebagai tokoh yang memiliki pandangan Islam yang luas dan bijaksana.

7)      Pastur Murdiono
Murdiono merupakan tokoh dari kalangan Katolik. Murdiono memiliki sifat ramah, lemah lembut dan pandai meneduhkan hati dan pikiran orang serta pandai menghibur orang yang dalam kesulitan.
Demikianlah analisis beberapa tokoh yang berperan penting dalam pengembangan struktur KP. Disamping tokoh-tokoh tersebut, beberapatokoh lain yang tidak dibicarakan seperti Nenek Tati, Nenek Lengkong, Surono, Sutarmi, Komariah, Kuraesin, dan dr. Sudomo dipandang sebagai tokohbawahan.

b.      Latar
Unsur ruang, secara keseluruhan cerita terjadi di wilayah Jawa Barat atau Pasundan, tepatnya di Bandung dan daerah sekitarnya termasuk Jatiwangi dan Ciateul. Selain itu Yogyakarta digunakan sebagai ilustrasi menegenai latar belakang masa kecil tokohtertentu (Sumarto). Aspek ruang lain dalam KP adalah rumah keluarga Permana, rumah Surono, rumah Nenek Tati dan rumah sakit di Bandung dan Jatiwangi.
Unsur waktu tidak dilukiskan secara eksplisit mengenai kapan terjadinya peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Secara garis besar, ada dua periode waktu dalam KP yakni masa kini dan masa lalu.
Persoalan pokok KP adalah dimensi sosial keagamaan khususnya benturan sosial dalam kehidupan anatarumat beragama.
Dari analisis struktur novel KP di atas terlihat bahwa unsur-unsur bangunan KP yakni struktur naratif, penokohan dan latar KP salaing berhubungan satu sama lain.

5.      Gagasan dalam novel Keluarga Permana dengan tinjauan Semiotik :
Ilmu yang mempelajari tanda-tanda itu disebut semiotik. Semiotik merupakan suatu disiplin ilmu yang meneliti semua bentuk komunikasi antarmakna yang didasarkan apada sistem tanda.
a.       Urutan Tekstual
Teks KP terdiri atas 24 bab, dan tiap bab tidak diberi judul. Urutan tekstual ini menunjukkan pemilahan teks dalam sekuen yang ditandai dengan angka Arab. Kadang-kadang sekuen masih dibagi lagi dalam satuan yang lebih kecil. Karena itu angka tandanya menjadi dua, tiga atau lebih.
I.                   Meninggalnya Ida
1.      Ida (Farida) pingsan.
1.1.Sumarto gugup dan segera menghubungi keluarganya.
1.2.Bersama keluarganya, Sumarto membawa Ida ke rumah sakit.
2.      Ida dirawat di rumah sakit, atas saran dr. Sudomo.
2.1.Keluarga dan suami Ida memberikan kasih sayang yang luar biasa, seakan sudah mendapat firasat bahwa mereka tak akan bertemu lagi.
2.2.Ida istirahat.
2.3.Tengah malam Ida bangun, karena haus.
2.3.1.      Dalam keadaan pusing ida turun dari ranjang dan mendekati kran.
2.3.2.      Celakanya kepala Ida terbentur meja dengan bagian belakang membentur lantai.
2.4.Ada seorang perawat lewat dan menolong Ida.
3.      Perawat itu mempunyai firasat, lalu dibisikannya ke telinga Ida kalimat takbir dan syahadat.
3.1.Ida mengikutinya dan akhirnya meninggal.
4.      Keluarga Surono datang dengan gugup setelah ditelpon.
4.1.Dokter memberitahu penyebab Ida meninggal.
4.2.Keluarga Sumarto membuat salib di dada, sembahyang, mendoa.
4.3.Perawat terkejut mengetahui keluarga Ida ternyata Katolik.
5.      Permana dan Saleha terkejut setelah mndengar berita tersebut.
5.1.Permana dan Saleha menangis, terkenang masa lalu ketika bersama Ida.
II.                Persiapan upacara pemakaman Jenazah Ida.
6.      Permana dan Saleha terlibat dalam dialog mengenai status keagamaan Ida.
6.1.Kemungkinan jenazah Ida di kuburkan di Sirnaraga(Islam) atau Pandu (Khatolik).
III.             Permana dan Saleha mengenang kehidupan Ida ketika remaja.
IV.             Ida sering menerima perlakuan kejam dari Permana.
V.                Permana sering bertindak kejam kepada Saleha dan Ida.
VI.             Permana menyesali nasibnya yang sial.
7.      Permana mengenang peristiwa yang membuatnya dipecat.
8.      Permana merasa diperlakukan tidak adail.
VII.          Sumarto menumpang (indekos) di rumah Permana.
VIII.       Sumarto menjalin cinta dengan Ida.
9.      Ida jatuh cinta kepada Sumarto.
10.  Sumarto dan Ida mulai berani bertindak terlalu jauh.
10.1.           Sumarto menggauli Ida.
IX.             Permana curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto.
X.                Permana mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya.
XI.             Ida mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto.
11.  Permana dan Saleha terkejut dan sedih mngetahui Ida hamil.
12.  Permana dan Saleha sepakat untuk menggugurkan kandungan Ida.
13.  Saleha menemui dukun, untuk meminta obat penggugur kandunagan.
XII.          Kandungan Ida gugur.
14.  Banyak keluar darah dari rahimnya.
15.  Ida pingsan lalu dibawa kerumah sakit.
16.  Ida dioperasi kandungannya.
XIII.       Sumarto menyesali perbuatannya.
XIV.       Pastur Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida.

XV.          Ida keluar dari rumah sakit.
17.   Sumarto mencari Ida.
XVI.       Sumarto menemui Ida dan berniat mengawininya.
XVII.    Ida ingin segera kawin dengan Sumarto.
18.  Ida harus pindah agama.
19.  Permana dan Saleha berat hati menyetujui perkawinan mereka.
20.  Ida dibaptis.
XVIII. Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik.
21.  Perkawinan dilaksanakan secara Khatolik di rumah Permana.
XIX.       Mang Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya.
XX.           Ida dan Sumarto meninggalkan rumah Permana ke Jatiwangi.
22.  Ida merasa sedih.
23.  Saleha dan Permana merasa kehilangan anak kesayangannya.
XXI.       Jenazah Ida dimakamkan secara Khatolik.
24.  Mang Ibrahim tidak ikut dalam rombongan pengiring jenazah.
25.  Saleha merasa sangat sedih.
XXII.    Permana stress berat dan akhirnya terganggu jiwanya.
Urutan wacana merupakan urutan sekuen-sekuen yang memperlihatkan fakta-fakta dalam teks, sebab jika urutan faktual dalam teks ini diubah, maka maknanya juga akan berubah. Oleh karena itu urutan wacana itu penting dalam pemaknaan KP. Adapun urutan wacana dalam KP adalah sebagai berikut :
I.                   Meninggalnya Ida
II.                Persiapan upacara pemakaman Jenazah Ida.
III.             Permana dan Saleha mengenang kehidupan Ida ketika remaja.
IV.             Ida sering menerima perlakuan kejam dari Permana.
V.                Permana sering bertindak kejam kepada Saleha dan Ida.
VI.             Permana menyesali nasibnya yang sial.
VII.          Sumarto menumpang (indekos) di rumah Permana.
VIII.       Sumarto menjalin cinta dengan Ida.
IX.             Permana curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto.
X.                Permana mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya.
XI.             Ida mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto.
XII.          Kandungan Ida gugur.
XIII.       Sumarto menyesali perbuatannya.
XIV.       Pastur Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida.
XV.          Ida keluar dari rumah sakit.
XVI.       Sumarto menemui Ida dan berniat mengawininya.
XVII.    Ida ingin segera kawin dengan Sumarto.
XVIII. Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik.
XIX.       Mang Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya.
XX.           Ida dan Sumarto meninggalkan rumah Permana ke Jatiwangi.
XXI.       Jenazah Ida dimakamkan secara Khatolik.
XXII.    Permana stress berat dan akhirnya terganggu jiwanya

b.      Urutan kronologis.
Dapat dilihat teks KP terdiri atas 24 bab. Bab satu dengan yang lain tidak diberi judul, melainkan masing-masing diberi angka. Urutan wacana itu, dalam kaitannya dengan urutan kronologis memisahkan antara waktu masa kini dengan masa lalu. Urutan kronologis diperoleh setelah ditentukan sekuen. Serangkaian sekuen itu menunjukkan bahwa urutan wacana mendukung penentuan urutan kronologis, keduanya sangat berkaitan erat. Dapat diidentifikasi urutan kronologis sebagai berikut:
1.      Ida remaja sering mendapat perlakuan kejam Permana (S-IV)
2.      Permana sering bertindak kejam terhadap Saleha dan Ida  (S-V)
3.      Permana menyesali nasibnya yang sial (S-VI)
4.      Sumarto menumpang (indekos) dirumah Permana (S-VII)
5.      Sumarto menjalin cinta dengan Ida (S-VIII)
6.      Permana curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto (S-IX)
7.      Permana mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya (S-X)
8.      Ida mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto (S-XI)
9.      Kandungan Ida gugur (S-XII)
10.  Sumarto menyesali perbuatannya (S-XIII)
11.  Pastur Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida (S-XIV)
12.  Ida keluar dari rumah sakit (S-XV)
13.  Sumarto menemui Ida dan berniat mengawininya (S-XVI)
14.  Ida ingin segera kawin dengan Sumarto (S-XVII)
15.  Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik (S-XVIII)
16.  Mang Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya (S-XIX)
17.   Ida dan Sumarto meninggalkan rumah Permana ke Jatiwangi (S-XX)
18.  Ida meninggal dunia (S-I)
19.  Persiapan pemakaman jenazah Ida (S-II)
20.  Permana dan Saleha terkenang akan kehidupan masa lalu Ida (S-III)
21.  Pemakaman jenazah Ida secara katolik (S-XXI)
22.  Permana stress berat dan akhirnya terganggu jiwanya (S-XXII)
Dari deskripsi urutan kronologis itu, tampak nomor 1 sampai dengan nomor 17 merupakan urutan kronologis masa lalu. Nomor 18 hingga nomor 22 memperlihatkan urutan kronologis masa kini.

6.      Keunggulan dan kelemahan buku :

·         Keunggulan : Buku ini mampu mengkaji unsur-unsur yang terkandung dalam novel Keluarga Permana, baik dari segi struktur maupun maknanya yang mengkombinasikan antara kehidupan realita modern yang dipadukan dengan kehidupan beragama. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja, terlebih para peminat sastra, sehingga mereka akan memperoleh berbagai pengalaman lahir dan batin untuk menjadikan hidup lebih bermakna.
Yang membuat ini menarik adalah membahas mengenai novel Keluarga Permana.
·         Kelemahan : Menggunakan istilah bahasa yang sulit dimengerti, serta urain pembahasannya kurang singkat.

7.      Kritik dan saran buku :
Isi dari buku sudah bagus, membahas tentang novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. hanya saja keterangannya terlalu panjang dan masih banyak kata-kata yang sulit untuk dipahami.
Terlalu berbelit-belit tidak langsung pada intinya, itu yang membuat pembaca cepat bosan dalam memahami buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar