1. Judul :
DIMENSI
SOSIAL KEAGAMAAN DALAM FIKSI INDONESIA MODERN
Fenomena
Perkawinan Lintas Agama dalam Novel Keluarga
Permana
Karya
Ramadhan K.H. : Kajian Semiotik
2. Identitas
Buku :
a. Judul
buku :
DIMENSI
SOSIAL KEAGAMAAN DALAM FIKSI INDONESIA MODERN
Fenomena
Perkawinan Lintas Agama dalam Novel Keluarga
Permana
Karya
Ramadhan K.H. : Kajian Semiotik
b. Nama
pengarang : Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum.
c. Tempat
penerbitan buku : Solo, Smart Media
d. Tahun
penerbitan : 2010
e. Jumlah
halaman : 237 halaman
f. Harga
buku : Rp 40. 000,
00
3.
Garis besar isi buku :
Bab I membahas
mengenai perkembangan baru dunia sastra Indonesia, dekade 1970 merupakan masa
perkembangan baru dalam kesusastraan Indonesia yang membawa perubahan penting
ditengah kehidupan masyarakat. Diantara genre sastra yakni puisi, fiksi dan
drama, karya fiksi novellah yang paling dominan. Selanjutnya sastra sebagai
media pengembangan budaya nasional. Karya sastra merupakan salah satu
alternatif dalam rangka pembangunan kepribadian dan budaya masyarakat yang
berkaitan erat dengan latar belakang struktural sebuah masyarakat (Kuntowijoyo,
1987:15). Novel Keluarga Permana
karya Ramadhan K.H merupakan salah satu novel yang fenomenal sekaligus
kontroversial. Fenomenal karena, KP
mengupas masalah-masalah yang khas Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga
kini yakni hubungan antar umat beragama. Permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini adalah: (1) Bagaimana wujud bangunan struktur novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. ?
(2) Bgaimana makna dimensi sosial keagamaan dalam novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H ? Sesuai dengan permasalahan
penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendiskripsikan wujud
bangunan struktur novel Keluarga Permana?
(2) Mengungkapkan hubungan antarumat beragama sebagai gejala sosial dan konflik
sosial keagamaan yang ditimbulkannya dalam Keluarga
Permana. (3) Memaparkan Keluarga
Permana dalam memperbincangkan aspek kehidupan yang rawan dan peka itu.
Pada bagian ini dikemukakan beberapa pustaka yang mengkaji novel KP. Dalam telaah sastra modern, hakikat
karya sastra yang paling mendasar adalah tindakan komunikasi memegang peran
penting. Oleh karena itu, faktor-faktor yang memainkan peran penting dalam
komunikasi harus diberikan tempat selayaknya, yakni sastrawan sebagian itu
sendiri (Teeuw, 1982:18). Novel Indonesia berkembang pesat sejak dekade 1970-an
karena didukung oleh beberapa faktor. Novel adalah cerita atau rekaan (fiction), disebut juga teks naratif (narrative teks) atau wcana naratif (narratuve discourse). Stanton
(1965:11-36) membagi unsur yang membangun novel menjadi tiga, yaitu fakta (fact), tema (theme) dan sarana sastra (literary
device). Selanjutnya dalam bab 1 juga membahas mengenai teori
strukturslisme, teori semiotik dan teori interteks. Kode bahasa, sastra dan
budaya. Sastra dan bahasa keduanya merupakan sistem tanda,tetapi terdapat
perbedaan. Selain kode bahasa diperlukan pula kode sastra dan kode budaya.
Sebagai karya sastra, novel memiliki konvensi sastra, bukan sebgai sistem yang
baku dan ketat, melainkan sistem yang luwes dan penuh dinamika. Kajian dimensi
sosial keagamaan novel Keluarga Permana
karya Ramadhan K.H. ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif.
Bab II membahas
mengenai pengarang, latar sosial budaya dan karyanya. Nama lengkap pengarang
adalah Ramadhan Karta Hadimaja, lahir pada tanggal 16 Maret 1927 di Bandung dan
besar di Cianjur (Sumardjo, 1991:46), pendidikan terakhirnya adalah Akademi
Dinas Luar Negeri. Sejak tahun 1952, ia menggeluti dunia sastra. Mula-mula
cerita pendek yang ditulisnya kemudian sajak dan akhirnya dikenal sebagai
novelis. Latar sosial budaya Ramadhan K.H, komunikasi merupakan sarana dalam
proses interaksi sosial. Dalam konteks ini fungsi komunikasi menjadi penting
dalam interaksi sosial antara Ramadhan dengan masyarakat.
Bab III membahas
tentang struktur bangunan novel Keluarga
Permana. Berdasarkan data yang diperoleh, dimensi sosial keagamaan dalam KP berkaitan dengan struktur karya. Oleh
karena itu, berikut akan dianalisis struktur KP dalam hal ini struktur naratif, penokohan dan latar. Di dalam
struktur naratif terdapat dua hal yakni cerita (story atau content) dan wacana (discourse
atau exspression), serta meliputi urutan tekstual, urutan kronologis.
Penokohan, kehadiran tokoh dalam suatu cerita dapat dilihat dari berbagai cara,
yang secara garis besar dapat dibagi dalam tiga cara antara lain: (1) cara
analitis, (2) cara dramatic, (3) kombinasi keduanya. Latar tidak dapat terlepas
dari tokoh. Tindakan tokoh selalu berkaitan dengan latar tertentu yang bagi
Chatman (1978:141:145). Terdapat beberapa unsur dalam latar yakni unsur ruang,
unsur waktu dan unsur sosial.
Bab IV membahas
mengenai Dimensi Sosial Keagamaan dalam Novel Keluarga Permana. Data penelitian menunjukkan bahwa permasalahan KP adalah dimensi sosial keagamaan yang
menyangkut perikehidupan antar umat beragama yakni perpindahan agama dan
konflik-konflik sosial keagamaan. Dimensi sosial keagamaan dalam KP :
a.
Perpindahan
agama sebagai sumber konflik sosial.
b.
Pengembangan
agama pada umat beragama.
c.
Krisis
ketaqwaan sebagai sumber masalah sosial.
d.
Zina
dan aborsi fenomena pelanggaran etika sosial dan agama.
e.
Peran
agama dalam rumah tangga dan perilaku anak.
f.
Iman
sebagai pengendali diri.
g.
Agama
sebagai pedoman meraih kebahagiaan.
Realitas
sosial budaya Indonesia 1970-an dan Keluarga
Permana. Kehidupan beragama yang ideal dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang prularis, yakni dalam makna statis adanya kerukunan antar umat beragama
dan secara dinamis dengan adanya amal bersama sebagai pernyataan fungsionalis.
Bab V simpulan. Dari analisis struktur bangunan novel Keluarga Permana dengan pendekatan strukturslisme, dapat
disimpulkan bahwa novel Keluarga Permana
memiliki unsur-unsur yang secara fungsional saling mendukung satu dengan
lainnya. Dari analisis makna dengan pendekatan Semiotik dan Interteks dapat
disimpulkan bahwa novel Keluarga Permana
mengungkapkan dimensi sosial keagamaan sebagai gagasan utama dalam alur cerita
yang kompleks namun tetpa lancar. Dalam kajian interteks dapat disimpulkan
bahwa makna novel Keluarga Permana sebagai karya transformasi hanya dapat
dipahami secara utuh bila dikaitkan dengan hipogramnya yakni, karya Ramadhan
sebelumnya yakni novel Kemelut Hidup, lalu Pedoman Dasar Kerukunan Hidup
Beragama, teks Al-Qur’an dan al-hadist, serta latar sosial budaya Indonesia
pada dekade 1970-an.
4.
Kajian struktur novel Keluarga
Permana :
a. Penokohan
1)
Farida
(ida)
Disebut tokoh utama karena fungsi sentralnya dalam
keseluruhan struktur KP. Ida menjadi
pusat sorotan dan penggerak seluruh cerita, itu sebabnya KP dimulai dengan kematian Ida, sehingga seluruh cerita berjalan
dengan sorot balik (flash back). Nama
farida memberikan gambaran kepada pembaca bahwa Ida adalah remaja Indonesia
kebanyakan masa kini, gadis terpelajar da hidup dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk.
Secara fisiologis, Ida dilukiskan sebagai mojang
periangan yang mempunyai kondisi fisik yang menarik dan mempesona. Ida tidak
saja cantik, mukanya bulat telur, kulitnya kuning langsat dan badannya ramping,
melainkan juga beralis tebal, matanya lincah dan berambut panjang hitam
mengkilat.
Deskripsi psikologis, tokoh Ida ditampilkan sebagai gadis
yang semula lugu, halus budi bahasanya, setia dan rajin. Gadis yang taat dan
patuh kepada orang tua, berpembawaan lincah dan cekatan dalam bekerja. Namun
sejak Permana sering bertindak kejam kepada ibunya (Saleha) dan dirinya, Ida
berubah menjadi gadis pendiam dan pemurung. Ida sering ketakutan, jiwanya
dilanda kekhawatiran akan kekejaman ayahnya. Dia merasakan rumahnya penuh
ketegangan dan kacau balau bagai penjara.
Gambaran sosiologis tokoh Ida demikian memungkinkan
berbagai peristiwa dalam KP berjalan
maju dengan menimbulkan berbagai konflik dalam struktur cerita berikutnya.
Kondisi sedemikian rupa telah menggiring Ida pada keadaan yang memaksanya
bertindak nekad kawin dengan Sumarto. Inilah puncak dari kekalahan pihak Ida
yang mewakili gadis-gadis Islam yang lemah iman, yang kemudian berakibat timbulnya
berbagai konflik, baik konflik batin pada diri dan keluarganya maupun konflik
sosial masyarakat lingkungannya.
2)
Sumarto
Tokoh kedua KP
adalah Sumarto. Deskripsi psikologisnya cukup banyak dilukiskan. Dari namanya,
Sumarto telah membayangkan asalnya dari Jawa, tepatnya Yogyakarta. Adapun yang
mencolok dari tokoh ini adalah keramahan dan sopan santunnya yang menarik,
membuat Permana cepat simpati kepadanya dan tanpa banyak perimbangan
menerimanya menumpang di rumahnya.
Dari segi sosiologis, Sumarto adalah mahasiswa sebuah
perguruan tinggi yang kuliah sambil bekerja. Dia berasal dari kalangan
menengah, anak seorang administratur perkebunan berasal dari Yogyakarta. Karena
itu penampilannya halus, simpatik, sopan santun dan keramahannya menonjol. Dibalik
semua itu, ternyata Sumarto juga mengidap penyakit remaja kebanyakan yakni buta
moral. Lebih parah lagi sebagai mahasiswa rupanya masih “bodoh” dalam
berhubungan intim. Tampak disini Sumarto ditampilkan sebagai figur mahasiswa
Indonesia dewasa ini. Meskipun terpelajar bahkan uamat Katolik (dikenal ketat
dan taat beragama) toh berani melanggar nilai-nilai moral agama dan tradisi
masyarakat Indonesia yang dikenal religius.
Tokoh Sumarto dilukiskan sebagai pemuda dewasa yang
berusia sekitar dua puluh lima tahun. Perawakan dan tingginya sedang, namun
terlihat kukuh dan rambutnya hitam mengkilat.
Dari segi fisik Sumarto bukanlah pemuda istimewa, bahkan
biasa saja. Sekaligus hal itu untuk menekankan, bahwa sebenarnya kondisi fisik
pemuda ini bukanlah unsur utama dalam konstelasi hubungan cintanya dengan Ida,
melainkan kedewasaan, kepribadian dan pengalamannya. Hubungan cintanya dengan
Ida kemudian menimbulkan berbagai peristiwa berikutnya dalam KP.
3)
Permana
Deskripsi psikologis, Permana kecewa berat ketika dia diberhentikan
dari pekerjaannya karena tuduhan korupsi. Padahal yang terjadi sebenarnya
adalah bahwa atasannyalah yang benar-benar melakukan korupsi. Ia kecewa berat
karena merasa diperlakukan tidak adil, dijadikan korban sebagai tertuduh pelaku
korupsi. Inginnya ia protes tetapi ia tidak berdaya melawan orang besar,
terhadang birokrasi. Ia frustasi terhadap lingkungannya.
Latar belakang psikologis, setelah menganggur Permana
berubah perangainya menjadi ayah yang kejam terhadap istri dan anaknya, Saleha
dan Ida. Menganggur membuatnya merasa rendah diri dan kehilangan harga diri
sebagai lelaki. Hatinya terpukul dan frustasi terhadap keadaan. Kekejamannya
terhadap istri dan anaknya itu merupakan kompensasi atas ketidakberdayannya
melawan keadaan itu. Sebab, sebelum menganggur Permana dilukiskan sebagai
lelaki yang baik, tidak kejam, suka bergembira dan pandai menghibur istri dan
anaknya.
Dari segi sosial, tokoh ini semula adalah seorang pegawai
pabrik tekstil milik negara yang mempunyai penghasilan cukup. Dia kemudian
diberhentikan dari pekerjaannya karena tuduhan korupsi. Dia ingin protes tetapi
tidak berdaya melawan orang besar, atasannya. Deskripsi sosial ini berperan
untuk menampilkan Permana sebagai figur orang kecil yang sering menjadi pihak
yang kalah. Orang kecil yang sering menjadi korban dari orang besar dan tidak
berdaya melawan kekuasaan (power).
Dalam KP tokoh
ini secara fisik tidak digambarkan secara kongkret. Dari dialog antar tokoh dan
mengingat Ida adalah anak keduanya setelah Ita, maka dapat diestimasikan bahwa
Permana adalah tokoh setengah baya. Usia sekian menunjang pengembangan
perwatakan tokoh Permana. Pada saat ia hampir mencapai puncak karier, ia
menjadi “korban” kekuasaan atasannya. Karena itu, deskripsi fisik Permana dalam
KP ini meskipun sedikit berperan
untuki mendukung persoalan pokok KP.
4)
Saleha
Deskripsi fisik Saleha tidak pernah dinyatakan sama
sekali. Melihat dia adalah seorang istri Permana, maka dapat disuga bahwa
Saleha hampir sebaya dengan Permana yakni mendekati setengah baya.
Analisis psikologisnya, tokoh ini pada dasarnya wanita
yang baik, istri yang setia, taat dan patuh kepada suami, sabar dan tabah
mengahadapi cobaan.
Deskripsi lingkungan sosial Eha juga dilukiskan. Sebagai
istri, Eha yang bekerja menggantikan Permana dalam mencari nafkah berfungsi
penting dalam menyulut konflik. Dari segi sosial Eha ditampilkan sebagai sosok
ibu yang mewakili pihak wanita yang bekerja menambah penghasilan keluarga
tetapi justru dicurigai suami.
5)
Mang
Ibrahim
Deskripsi lingkungan sosialnya, dia dilukiskan sebagai
tokoh tua yang taat beragama, berpandangan Islam radikal, bergaris keras, dan
tegas dalam prinsip agama. Ibrahim mewakili tokoh agama dalam masyarakat yang
beraliran ekstrem dalam masalah-masalah prinsipal agama yang tidak dapat
ditoleransi.
Tokoh ini secara fisik tidak ditampilkan dengan jelas.
Hal ini diduga karena fungsi sosialnya yang dipentingkan daripada fisiknya.
Dari dialog antar tokoh dan dipanggilnya dengan Mang (paman) oleh Permana dan
Saleha dapat diketahui, bahwa dia adalah tokoh agama dalam masyarakat yang
sudah tua usianya. Usianya yang sudah tua untuk menunjukkan kekayaan pengalaman
hidup dan pengetahuan keagamannya yang sudah “tua”.
6)
Saifuddin
Kehadiran tokoh ini, sebagai tokoh pendamping Mang
Ibrahim. Secara fisik tokoh ini juga sama sekali tak disebutkan dalam teks.
Mengingat dia adalah keponakan Saleha maka dapat dipahami,bahwa Saifuddin
adalah tokoh yang lebih muda daripada Permana atau Saleha. Berbeda dengan
Ibrahim yang ditampilkan sebagai tokoh pemuka Islam yang radikal, Saifuddin
dihadirkan sebagai tokoh yang memiliki pandangan Islam yang luas dan bijaksana.
7)
Pastur
Murdiono
Murdiono merupakan tokoh dari kalangan Katolik. Murdiono
memiliki sifat ramah, lemah lembut dan pandai meneduhkan hati dan pikiran orang
serta pandai menghibur orang yang dalam kesulitan.
Demikianlah analisis beberapa
tokoh yang berperan penting dalam pengembangan struktur KP. Disamping tokoh-tokoh tersebut, beberapatokoh lain yang tidak
dibicarakan seperti Nenek Tati, Nenek Lengkong, Surono, Sutarmi, Komariah,
Kuraesin, dan dr. Sudomo dipandang sebagai tokohbawahan.
b.
Latar
Unsur ruang, secara keseluruhan cerita terjadi di wilayah
Jawa Barat atau Pasundan, tepatnya di Bandung dan daerah sekitarnya termasuk
Jatiwangi dan Ciateul. Selain itu Yogyakarta digunakan sebagai ilustrasi
menegenai latar belakang masa kecil tokohtertentu (Sumarto). Aspek ruang lain
dalam KP adalah rumah keluarga
Permana, rumah Surono, rumah Nenek Tati dan rumah sakit di Bandung dan
Jatiwangi.
Unsur waktu tidak dilukiskan secara eksplisit mengenai
kapan terjadinya peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Secara garis besar, ada
dua periode waktu dalam KP yakni masa
kini dan masa lalu.
Persoalan pokok KP
adalah dimensi sosial keagamaan khususnya benturan sosial dalam kehidupan
anatarumat beragama.
Dari analisis struktur novel KP di atas terlihat bahwa unsur-unsur bangunan KP yakni struktur naratif, penokohan dan latar KP salaing berhubungan satu sama lain.
5.
Gagasan dalam novel Keluarga
Permana dengan tinjauan Semiotik :
Ilmu yang
mempelajari tanda-tanda itu disebut semiotik. Semiotik merupakan suatu disiplin
ilmu yang meneliti semua bentuk komunikasi antarmakna yang didasarkan apada
sistem tanda.
a.
Urutan Tekstual
Teks KP terdiri atas 24 bab, dan tiap bab
tidak diberi judul. Urutan tekstual ini menunjukkan pemilahan teks dalam sekuen
yang ditandai dengan angka Arab. Kadang-kadang sekuen masih dibagi lagi dalam
satuan yang lebih kecil. Karena itu angka tandanya menjadi dua, tiga atau
lebih.
I.
Meninggalnya
Ida
1.
Ida
(Farida) pingsan.
1.1.Sumarto gugup dan segera menghubungi keluarganya.
1.2.Bersama keluarganya, Sumarto membawa Ida ke rumah sakit.
2. Ida dirawat di rumah sakit, atas saran dr. Sudomo.
2.1.Keluarga dan suami Ida memberikan kasih sayang yang luar
biasa, seakan sudah mendapat firasat bahwa mereka tak akan bertemu lagi.
2.2.Ida istirahat.
2.3.Tengah malam Ida bangun, karena haus.
2.3.1. Dalam keadaan pusing ida turun dari ranjang dan mendekati
kran.
2.3.2. Celakanya kepala Ida terbentur meja dengan bagian
belakang membentur lantai.
2.4.Ada seorang perawat lewat dan menolong Ida.
3. Perawat itu mempunyai firasat, lalu dibisikannya ke
telinga Ida kalimat takbir dan syahadat.
3.1.Ida mengikutinya dan akhirnya meninggal.
4. Keluarga Surono datang dengan gugup setelah ditelpon.
4.1.Dokter memberitahu penyebab Ida meninggal.
4.2.Keluarga Sumarto membuat salib di dada, sembahyang,
mendoa.
4.3.Perawat terkejut mengetahui keluarga Ida ternyata
Katolik.
5. Permana dan Saleha terkejut setelah mndengar berita
tersebut.
5.1.Permana dan Saleha menangis, terkenang masa lalu ketika
bersama Ida.
II.
Persiapan
upacara pemakaman Jenazah Ida.
6. Permana dan Saleha terlibat dalam dialog mengenai status
keagamaan Ida.
6.1.Kemungkinan jenazah Ida di kuburkan di Sirnaraga(Islam)
atau Pandu (Khatolik).
III.
Permana
dan Saleha mengenang kehidupan Ida ketika remaja.
IV.
Ida sering menerima perlakuan kejam dari
Permana.
V.
Permana
sering bertindak kejam kepada Saleha dan Ida.
VI.
Permana
menyesali nasibnya yang sial.
7.
Permana
mengenang peristiwa yang membuatnya dipecat.
8.
Permana
merasa diperlakukan tidak adail.
VII.
Sumarto
menumpang (indekos) di rumah Permana.
VIII.
Sumarto
menjalin cinta dengan Ida.
9.
Ida
jatuh cinta kepada Sumarto.
10. Sumarto dan Ida mulai berani bertindak terlalu jauh.
10.1.
Sumarto
menggauli Ida.
IX.
Permana
curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto.
X.
Permana
mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya.
XI.
Ida
mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto.
11. Permana dan Saleha terkejut dan sedih mngetahui Ida
hamil.
12. Permana dan Saleha sepakat untuk menggugurkan kandungan
Ida.
13. Saleha menemui dukun, untuk meminta obat penggugur
kandunagan.
XII.
Kandungan
Ida gugur.
14. Banyak keluar darah dari rahimnya.
15. Ida pingsan lalu dibawa kerumah sakit.
16. Ida dioperasi kandungannya.
XIII.
Sumarto
menyesali perbuatannya.
XIV.
Pastur
Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida.
XV.
Ida
keluar dari rumah sakit.
17. Sumarto mencari
Ida.
XVI.
Sumarto
menemui Ida dan berniat mengawininya.
XVII.
Ida
ingin segera kawin dengan Sumarto.
18. Ida harus pindah agama.
19. Permana dan Saleha berat hati menyetujui perkawinan
mereka.
20. Ida dibaptis.
XVIII. Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik.
21. Perkawinan dilaksanakan secara Khatolik di rumah Permana.
XIX.
Mang
Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya.
XX.
Ida dan Sumarto meninggalkan rumah Permana ke
Jatiwangi.
22. Ida merasa sedih.
23. Saleha dan Permana merasa kehilangan anak kesayangannya.
XXI.
Jenazah
Ida dimakamkan secara Khatolik.
24. Mang Ibrahim tidak ikut dalam rombongan pengiring
jenazah.
25. Saleha merasa sangat sedih.
XXII.
Permana
stress berat dan akhirnya terganggu jiwanya.
Urutan wacana merupakan urutan sekuen-sekuen yang memperlihatkan
fakta-fakta dalam teks, sebab jika urutan faktual dalam teks ini diubah, maka
maknanya juga akan berubah. Oleh karena itu urutan wacana itu penting dalam
pemaknaan KP. Adapun urutan wacana
dalam KP adalah sebagai berikut :
I.
Meninggalnya
Ida
II.
Persiapan
upacara pemakaman Jenazah Ida.
III.
Permana
dan Saleha mengenang kehidupan Ida ketika remaja.
IV.
Ida sering menerima perlakuan kejam dari
Permana.
V.
Permana
sering bertindak kejam kepada Saleha dan Ida.
VI.
Permana
menyesali nasibnya yang sial.
VII.
Sumarto
menumpang (indekos) di rumah Permana.
VIII.
Sumarto
menjalin cinta dengan Ida.
IX.
Permana
curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto.
X.
Permana
mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya.
XI.
Ida
mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto.
XII.
Kandungan
Ida gugur.
XIII.
Sumarto
menyesali perbuatannya.
XIV.
Pastur
Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida.
XV.
Ida
keluar dari rumah sakit.
XVI.
Sumarto
menemui Ida dan berniat mengawininya.
XVII.
Ida
ingin segera kawin dengan Sumarto.
XVIII. Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik.
XIX.
Mang
Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya.
XX.
Ida dan Sumarto meninggalkan rumah Permana ke
Jatiwangi.
XXI.
Jenazah
Ida dimakamkan secara Khatolik.
XXII.
Permana stress berat dan akhirnya
terganggu jiwanya
b.
Urutan
kronologis.
Dapat dilihat teks KP terdiri atas 24 bab. Bab satu dengan
yang lain tidak diberi judul, melainkan masing-masing diberi angka. Urutan
wacana itu, dalam kaitannya dengan urutan kronologis memisahkan antara waktu
masa kini dengan masa lalu. Urutan kronologis diperoleh setelah ditentukan
sekuen. Serangkaian sekuen itu menunjukkan bahwa urutan wacana mendukung
penentuan urutan kronologis, keduanya sangat berkaitan erat. Dapat
diidentifikasi urutan kronologis sebagai berikut:
1.
Ida
remaja sering mendapat perlakuan kejam Permana (S-IV)
2.
Permana
sering bertindak kejam terhadap Saleha dan Ida
(S-V)
3.
Permana
menyesali nasibnya yang sial (S-VI)
4.
Sumarto
menumpang (indekos) dirumah Permana
(S-VII)
5.
Sumarto
menjalin cinta dengan Ida (S-VIII)
6.
Permana
curiga, khawatir atas keintiman Ida dengan Sumarto (S-IX)
7.
Permana
mengusir (dengan halus) Sumarto dari rumahnya (S-X)
8.
Ida
mulai hamil hasil hubungannya dengan Sumarto (S-XI)
9.
Kandungan
Ida gugur (S-XII)
10. Sumarto menyesali perbuatannya (S-XIII)
11. Pastur Murdiono manyarankan Sumarto untuk mengawini Ida (S-XIV)
12. Ida keluar dari rumah sakit (S-XV)
13. Sumarto menemui Ida dan berniat mengawininya (S-XVI)
14. Ida ingin segera kawin dengan Sumarto (S-XVII)
15. Perkawinan Ida dan Sumarto menimbulkan konflik (S-XVIII)
16. Mang Ibrahim marah dan kecewa kehilangan cucu kesayangannya
(S-XIX)
17. Ida dan Sumarto
meninggalkan rumah Permana ke Jatiwangi (S-XX)
18. Ida meninggal dunia (S-I)
19. Persiapan pemakaman jenazah Ida (S-II)
20. Permana dan Saleha terkenang akan kehidupan masa lalu Ida
(S-III)
21. Pemakaman jenazah Ida secara katolik (S-XXI)
22. Permana stress berat dan akhirnya terganggu jiwanya
(S-XXII)
Dari deskripsi urutan kronologis itu, tampak nomor 1 sampai dengan
nomor 17 merupakan urutan kronologis masa lalu. Nomor 18 hingga nomor 22
memperlihatkan urutan kronologis masa kini.
6. Keunggulan dan kelemahan buku :
·
Keunggulan
: Buku ini mampu mengkaji unsur-unsur yang terkandung dalam novel Keluarga Permana, baik dari segi
struktur maupun maknanya yang mengkombinasikan antara kehidupan realita modern
yang dipadukan dengan kehidupan beragama. Buku ini layak dibaca oleh siapa
saja, terlebih para peminat sastra, sehingga mereka akan memperoleh berbagai
pengalaman lahir dan batin untuk menjadikan hidup lebih bermakna.
Yang
membuat ini menarik adalah membahas mengenai novel Keluarga Permana.
·
Kelemahan
: Menggunakan istilah bahasa yang sulit dimengerti, serta urain pembahasannya kurang
singkat.
7.
Kritik dan saran buku :
Isi dari buku sudah bagus, membahas tentang novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H.
hanya saja keterangannya terlalu panjang dan masih banyak kata-kata yang sulit
untuk dipahami.
Terlalu berbelit-belit tidak langsung pada intinya, itu
yang membuat pembaca cepat bosan dalam memahami buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar