DIMENSI
SOSIAL DALAM LASKAR PELANGI
Karya
Andrea Hirata : Teori Sosiologi Sastra
Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir Mata
Kuliah Pengkajian fiksi
Dosen Pengampu : DR. Ali Imran
Al-Ma’ruf, M.Hum.
Disusun
oleh :
Endah Kurniawati A 310 100 045
Kelas
IV A
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Karya
sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, kelahirannya di
tengah-tengah masyarakat tiada luput dari pengaruh sosial, budaya dan
psikologi. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra memiliki objek yang
berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata yang diciptakan pengarang
berdasarkan realitas sosial. Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan
produktif yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan relitas sosial
kemasyarakatan. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses
imajinasi pengarang dalam melakukan proses kretifnya.
Novel
adalah salah satu bentuk karya sastra. Abrams (dalam Al-Ma’ruf, 2010:17)
mengatakan bahwa, novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Novel adalah
cerita atau rekaan (fiction),disebut
juga teks naratif (narrative teks)
atau wacana naratif (narrative discourse).
Fiksi berarti cerita rekaan (khayalan), yang merupakan cerita naratif yang
isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Peristiwa, tokoh dan tempat yang
ada dalam fiksi adalah peristiwa, tokoh dan tempat yang imajinatif.
Novel
Laskar Pelangi merupakan novel
karangan Andrea Hirata. Novel ini merupakan Tetralogi. Cerita dari novel ini diangkat
dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, menceritakan kisah masa
kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin di
Desa Gantung, Kabupaten Gantung,
Belitong Timur. Andrea Hirata, out of the
blue, tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen.
Tiba-tiba muncul, langsung menulis tetralogi sesuatu yang cukup ajaib bagi
penulis pemula. Dengan gaya realis
bertabur metafora yang disebut Prof. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra
Universitas Indonesia, sebagai metafora yang berani, tak biasa, tak terduga,
kadang kala ngawur, namun akan
memikat.
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai wujud bangunan struktur dan gagasan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi
sastra.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
pada latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
wujud bangunan struktur dari novel Laskar
Pelangi ?
2. Bagaimana
gagasan dalam novel Laskar Pelangi
melalui teori sosiologi sastra ?
C.
TUJUAN
Penulis
berharap setelah mempelajari wujud bangunan struktur dan gagasan dalam novel Laskar Pelangi, maka pembaca mampu untuk
:
1. Mendeskripsikan
wujud bangunan struktur novel Laskar
Pelangi.
2. Memaparkan
gagasan dalam novel Laskar Pelangi
melalui teori sosiologi sastra.
D.
MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Mengungkapkan
analisis wujud bangunan struktur dan gagasan pada novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi sastra.
2. Sebagai
pijakan awal bagi peneliti yang ingin melakukan analisis novel Laskar Pelangi dengan pendekatan yang
berbeda.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Berdasarkan
tinjauan sosiologi sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya
sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang
sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat
dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.
Kuntowijoyo
(dalam Al-Ma’ruf, 2010:3) mengatakan bahwa, karya sastra merupakan salah satu
alternatif dalam rangka pembangunan kepribadian dan budaya masyarakat (character and cultural buliding) yang
berkaitan erat dengan latar belakang struktural sebuah masyarakat. Kemampuan
untuk memupuk dan mengembangkan rasa empati, toleransi dan membuat penilaian
etis, yang dapat diperoleh melalui studi tentang sastra dan ilmu-ilmu Humaniora
lainnya, merupakan modal utama yang sama sekali tidak dapat diabaikan dalam
pembangunan bangsa (Al-Ma’ruf, 2010:3).
Sesungguhnya
sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi,
sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia
untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan
demikian novel dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial
yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi
dan sebagainya yang menjadi urusan sosiologi.
Menurut
Culler (dalam Nyoman, 2007 :337) sosiologi sastra adalah analisis karya sastra
dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis terdiri dari tiga macam
yaitu:
1. Menganalisis
maslah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri dan
menghubungkannya dengan kenyataan yang terjadi. Yang biasanya disebut dengan
aspek ekstrinsik dengan model hubungan refleksi.
2. Dengan
hunbungan antar struktur, bukan aspek-aspek tertentu dengan model hubungan yang
bersifat dialektika.
3. Menganalisis
karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh
disiplin tertentu.
Dimensi
sosial mencakup berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia sebagai
makhluk hidup dan makhluk sosial, diantaranya adalah kesenjangan perekonomian
dan kemiskinan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
STRUKTUR
BANGUNAN NOVEL LASKAR PELANGI
1. Struktur
Luar
·
Tema
Tema yang diambil oleh
penulis merupakan tema yang berarah pada persahabatan dan pendidikan.
·
Fakta cerita
a. Tokoh
yang muncul dalam novel Laskar Pelangi
:
1)
Ikal : tokoh Aku. Ia
berminat pada sastra yang terlihat pada kesehariannya yang senang menulis
puisi. Ia anak pintar dalam Laskar
Pelangi.
2)
Lintang : anak yang
genius, ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli
matematika. Cita-citanya terpaksa ditinggal, karena harus bekerja untuk
membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal.
3)
Sahara : satu-satunya
gadis dalam anggota Laskar Pelangi.
Sahara adalah gadis keras kepala, berpendirian kuat yang sangat patuh pada
agama. Ia juga gadis yang ramah dan pandai.
4)
Mahar : pria tampan
bertubuh kurus memiliki bakat dan minat besar pada seni.
5)
A Kiong : anak Hokian.
Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Ia
memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati serta suka menolong pada
siapapun.
6)
Syahdan : anak nelayan
yang ceria ini tak pernah menonjol. Syahdan memiliki cita-cita yang tidak
pernah terbayang oleh Laskar Pelangi
lainnya, yaitu menjadi seorang aktor.
7)
Kucai : ia adalah ketua
kelas sepanjang generasi sekolah Laskar
Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi. Dan penglihatannya
melenceng dua puluh derajat. Laki-laki ini sejak kecil bisa menjadi politikus
dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
8)
Borek : pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga
citranya sebagai laki-laki maco. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A
Kiong dan Sahara.
9)
Trapani : ia pria
tampan dan baik hati. Ia bercita-cita menjadi guru, tetapi berakhir di rumah
sakit jiwa, karena ketergantungan terhadap ilmunya.
10) Harun
: pria yang memiliki keterbelakangan mental. Lelaki jenaka ini senantiasa
berceritera tentang kucingnya yang berbelang tiga.
11) A
Ling : wanita cantik keturunan Tiongkok, merupakan cinta pertama Ikal.
12) Bu
Muslimah : dia adalah Ibunda guru Laskar
Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan
merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.
13) Pak
Harfan : nama lengkap K.H Harfan Efendi Noor bin K.A.Fadillah Zein Noor. Ia
adalah kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah yang sangat baik hati dan
penyabar, meski murid-murid awalnya takut melihatnya.
14) Flo
: bernama asli Florina, seorang anak tomboi berasal dari keluarga kaya. Ia
murid pindahan dari sekolah PN Timah.
·
Latar
Latar adalah latar
belakang terjadinya cerita. Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat,
waktu dan sosial.
1) Latar
Tempat
Sekolah Muhammadiyah,
Gedung Sekolah PN, sebuah jalan di pinggir rawa, pohon filicium, toko Sinar Harapan,
halaman kelenteng, podium kehormatan, pangkalan punai, tempat lomba cerdas
cermat, masjid AL-Hikmah, gunung selumur, di atas perahu, pulau Lanun, bioskop,
serta zaal batu.
2) Latar
Waktu
Menjelang maghrib,
setelah subuh, pagi hari, siang hari, sore hari.
3) Latar
Sosial
Menyenangkan,
menyedihkan dan menegangkan.
·
Alur
Novel ini menggunakan
alur maju, karena dalam cerita ini tidak terdapat kilas balik sehingga membuat
para pembaca penasaran apa yang terjadi di kisah selanjutnya. Buku ini
merupakan Tetralogi.
·
Sarana Cerita
1) Judul
Judul Laskar Pelangi itu unik dan menarik,
serta menjadikan rasa penasaran para pembaca dan mampu menggambarkan atau
mewakili seluruh cerita.
2) Sudut
Pandang
Menggunakan kata ganti
orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan karena dalam penceritaan
novel, penulis menggunakan kata Aku.
PAGI itu, waktu
aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang
pohon filicium tua yang riang meneduhiku.....(hal 1).
3) Gaya
dan Nada
a) Gaya
bahasa yang digunakan penulis kata-katanya masih banyak yang sulit dimengerti,
karena masih menggunakan bahasa asli Bangka Belitong.
b) Nada
Penulis menggunakan
berbagai nada dalam mengungkapkan pikiran, seperti marah, sedih, mengharukan
dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar