Kamis, 14 Maret 2013

DIMENSI SOSIAL DALAM LASKAR PELANGI Karya Andrea Hirata : Teori Sosiologi Sastra



DIMENSI SOSIAL DALAM LASKAR PELANGI
Karya Andrea Hirata : Teori Sosiologi Sastra

Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Pengkajian fiksi
Dosen Pengampu : DR. Ali Imran Al-Ma’ruf, M.Hum.


Disusun oleh :
Endah Kurniawati             A 310 100 045
Kelas IV A


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, kelahirannya di tengah-tengah masyarakat tiada luput dari pengaruh sosial, budaya dan psikologi. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra memiliki objek yang berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas sosial. Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan relitas sosial kemasyarakatan. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kretifnya.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Abrams (dalam Al-Ma’ruf, 2010:17) mengatakan bahwa, novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Novel adalah cerita atau rekaan (fiction),disebut juga teks naratif (narrative teks) atau wacana naratif (narrative discourse). Fiksi berarti cerita rekaan (khayalan), yang merupakan cerita naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Peristiwa, tokoh dan tempat yang ada dalam fiksi adalah peristiwa, tokoh dan tempat yang imajinatif.
Novel Laskar Pelangi merupakan novel karangan Andrea Hirata. Novel ini merupakan Tetralogi. Cerita dari novel ini diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Andrea Hirata, out of the blue, tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen. Tiba-tiba muncul, langsung menulis tetralogi sesuatu yang cukup ajaib bagi penulis pemula. Dengan gaya realis bertabur metafora yang disebut Prof. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, sebagai metafora yang berani, tak biasa, tak terduga, kadang kala ngawur, namun akan memikat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai wujud bangunan struktur dan gagasan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi sastra.



B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana wujud bangunan struktur dari novel Laskar Pelangi ?
2.      Bagaimana gagasan dalam novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi sastra ?

C.    TUJUAN
Penulis berharap setelah mempelajari wujud bangunan struktur dan gagasan dalam novel Laskar Pelangi, maka pembaca mampu untuk :
1.      Mendeskripsikan wujud bangunan struktur novel Laskar Pelangi.
2.      Memaparkan gagasan dalam novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi sastra.

D.    MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Mengungkapkan analisis wujud bangunan struktur dan gagasan pada novel Laskar Pelangi melalui teori sosiologi sastra.
2.      Sebagai pijakan awal bagi peneliti yang ingin melakukan analisis novel Laskar Pelangi dengan pendekatan yang berbeda.


BAB II
LANDASAN TEORI

Berdasarkan tinjauan sosiologi sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.
Kuntowijoyo (dalam Al-Ma’ruf, 2010:3) mengatakan bahwa, karya sastra merupakan salah satu alternatif dalam rangka pembangunan kepribadian dan budaya masyarakat (character and cultural buliding) yang berkaitan erat dengan latar belakang struktural sebuah masyarakat. Kemampuan untuk memupuk dan mengembangkan rasa empati, toleransi dan membuat penilaian etis, yang dapat diperoleh melalui studi tentang sastra dan ilmu-ilmu Humaniora lainnya, merupakan modal utama yang sama sekali tidak dapat diabaikan dalam pembangunan bangsa (Al-Ma’ruf, 2010:3).
Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian novel dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi dan sebagainya yang menjadi urusan sosiologi.
Menurut Culler (dalam Nyoman, 2007 :337) sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis terdiri dari tiga macam yaitu:
1.      Menganalisis maslah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri dan menghubungkannya dengan kenyataan yang terjadi. Yang biasanya disebut dengan aspek ekstrinsik dengan model hubungan refleksi.
2.      Dengan hunbungan antar struktur, bukan aspek-aspek tertentu dengan model hubungan yang bersifat dialektika.
3.      Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.
Dimensi sosial mencakup berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, diantaranya adalah kesenjangan perekonomian dan kemiskinan.

BAB III
PEMBAHASAN

A.    STRUKTUR BANGUNAN NOVEL LASKAR PELANGI
1.      Struktur Luar
·         Tema
Tema yang diambil oleh penulis merupakan tema yang berarah pada persahabatan dan pendidikan.
·         Fakta cerita
a.       Tokoh yang muncul dalam novel Laskar Pelangi :
1)        Ikal : tokoh Aku. Ia berminat pada sastra yang terlihat pada kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia anak pintar dalam Laskar Pelangi.
2)        Lintang : anak yang genius, ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika. Cita-citanya terpaksa ditinggal, karena harus bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal.
3)        Sahara : satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala, berpendirian kuat yang sangat patuh pada agama. Ia juga gadis yang ramah dan pandai.
4)        Mahar : pria tampan bertubuh kurus memiliki bakat dan minat besar pada seni.
5)        A Kiong : anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Ia memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati serta suka menolong pada siapapun.
6)        Syahdan : anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Syahdan memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya, yaitu menjadi seorang aktor.
7)        Kucai : ia adalah ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi. Dan penglihatannya melenceng dua puluh derajat. Laki-laki ini sejak kecil bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
8)        Borek : pria  besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki maco. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A Kiong dan Sahara.
9)        Trapani : ia pria tampan dan baik hati. Ia bercita-cita menjadi guru, tetapi berakhir di rumah sakit jiwa, karena ketergantungan terhadap ilmunya.
10)    Harun : pria yang memiliki keterbelakangan mental. Lelaki jenaka ini senantiasa berceritera tentang kucingnya yang berbelang tiga.
11)    A Ling : wanita cantik keturunan Tiongkok, merupakan cinta pertama Ikal.
12)    Bu Muslimah : dia adalah Ibunda guru Laskar Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.
13)    Pak Harfan : nama lengkap K.H Harfan Efendi Noor bin K.A.Fadillah Zein Noor. Ia adalah kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah yang sangat baik hati dan penyabar, meski murid-murid awalnya takut melihatnya.
14)    Flo : bernama asli Florina, seorang anak tomboi berasal dari keluarga kaya. Ia murid pindahan dari sekolah PN Timah.
·         Latar
Latar adalah latar belakang terjadinya cerita. Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu dan sosial.
1)      Latar Tempat
Sekolah Muhammadiyah, Gedung Sekolah PN, sebuah jalan di pinggir rawa, pohon filicium, toko Sinar Harapan, halaman kelenteng, podium kehormatan, pangkalan punai, tempat lomba cerdas cermat, masjid AL-Hikmah, gunung selumur, di atas perahu, pulau Lanun, bioskop, serta zaal batu.
2)      Latar Waktu
Menjelang maghrib, setelah subuh, pagi hari, siang hari, sore hari.
3)      Latar Sosial
Menyenangkan, menyedihkan dan menegangkan.

·         Alur
Novel ini menggunakan alur maju, karena dalam cerita ini tidak terdapat kilas balik sehingga membuat para pembaca penasaran apa yang terjadi di kisah selanjutnya. Buku ini merupakan Tetralogi.

·         Sarana Cerita
1)      Judul
Judul Laskar Pelangi itu unik dan menarik, serta menjadikan rasa penasaran para pembaca dan mampu menggambarkan atau mewakili seluruh cerita.
2)      Sudut Pandang
Menggunakan kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan karena dalam penceritaan novel, penulis menggunakan kata Aku.
PAGI itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang riang meneduhiku.....(hal 1).

3)      Gaya dan Nada
a)      Gaya bahasa yang digunakan penulis kata-katanya masih banyak yang sulit dimengerti, karena masih menggunakan bahasa asli Bangka Belitong.
b)      Nada
Penulis menggunakan berbagai nada dalam mengungkapkan pikiran, seperti marah, sedih, mengharukan dan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar